Bismillahirrahmanirrahim..
Mengenai apa sih itu pemimpin dan bagaimana seharus nya
pemimpin itu ? tidak salah jika kita melihat perilaku-perilaku dari diri
seorang Rasul, nabi Muhammad SAW. Itu karena memang beliau adalah suatu panutan
yang mesti di contoh oleh kita, jika kita memang mengaku sebagai umatnya. Kita
tahu, bahwa didalam diri Rasulullah itu terdapat suri teladan baik. Serta,
beliau adalah pemimpin yang sangat sukses. Bagaimana tidak? Beliau telah mengubah
masyarakat jahiliyah menjadi masyarakat yang hidup secara damai, aman, dan
sejahtera. Tetapi kesemuanya itu bukan perkara yang mudah. Menjadi pemimpin
adalah tanggung jawab yang sangat besar ,khususnya untuk seorang laki-laki. Nah
maka dari itu, kita mesti tahu bagaimana cara memimpin nya seorang baginda
Rasulullah dan sudahkah kita menerapkannya didalam kehidupan? Langsung saja
kita kaji lebih dalam yaa.. check check check ^^
Kita mulai dari perjuangan nabi yang dibagi menjadi dua
fase, yaitu fase di Makkah dan kemudian dilanjutkan di Madinah. Setelah kurang
lebih 13 tahun di Makkah dan dihitung hasilnya kurang maksimal, maka nabi
mengambil kebijakan strategis, yaitu hijrah ke Madinah. Tetapi sobat,
perpindahan itu bukan pekerjaan mudah. Apalagi antara Makkah dan Madinah cukup
jauh jaraknya. Tentu kepindahan itu sangat berat sekali, tatkala belum ada
kendaraan seperti sekarang ini.
Tetapi, yang namanya pemimpin harus berani mengambil
keputusan, apapun beratnya. Dalam perjuangan, tatkala di suatu tempat sudah
tidak mendapatkan hasil maksimal, dihitung-hitung tantangan menjadi semakin
berat, Rasulullah saw memelopori untuk berpindah, meninggalkan tanah
kelahirannya, Makkah. Nabi melawan naluri kemanusiaan, sekalipun tempat
kelahirannya, dan begitu pula Ka'bah, Arafah dan Mina sebagai pusat kegiatan
ritual berada di sekitar Makkah, beliau hijrah ke Madinah.
Memperhatikan peristiwa hijrah
dan dikaitkan dengan persoalan terkini di ibu kota, tatkala penduduk Jakarta
sudah sedemikian padat, sehari-hari macet, dan banjir, belum lagi polusi dan
lain-lain, mestinya para pemimpin negara ini berani mengambil keputusan,
sebagaimana dilakukan Rasulullah saw. Memindahkan ibu
kota memang sulit dan beresiko. Tapi resiko dan kesulitan berpindah itu juga
telah dialami oleh sang pemimpin 14 abad yang lalu. Ketika sehari-hari, merasa
sedemikian beratnya hidup di Jakarta, para pemimpin bangsa ini segera mengambil
keputusan, pindah.
Semakin cepat semakin baik. Kelambatan dalam mengambil
keputusan akan berakibat biaya dan resiko semakin mahal dan berat. Banyak orang
berspekulasi, masing-masing akan berusaha untuk mendapatkan keuntungan yang
sebesar-besarnya. Selain tauladan tentang keberanian menanggung resiko, dari
proses berhijrah saja, tidak sedikit nilai-nilai yang seharusnya diambil para
pemimpin dan pejabat. Ada juga kisah menarik di dalam perjalanan Nabi saw
bersama sahabat dari Makkah ke Madinah.
Tatkala mengalami kehabisan bekal: beberapa sahabat
kehausan serius, sementara di kanan kiri jalan tidak terdapat air. Kebetulan tidak
jauh dari tempat yang dilewati itu, menurut suatu kisah, terdapat rumah
penduduk yang juga tidak memiliki air, tapi punya kambing betina kurus yang
tidak mungkin bisa diperas susunya. Apa boleh buat, nabi meminta izin
pemiliknya untuk memeras susu kambing tua dan kurus itu, sekiranya bisa
digunakan untuk menghilangkan rasa haus bagi semua yang ikut dalam rombongan
perjalanan itu.
Dikisahkan, semula pemilik kambing menolak dengan alasan
tidak mungkin kambing seperti itu mengeluarkan air susu. Setelah berdialog,
pemilik kambing mengijinkan. Tak diduga, kambing tua dan kurus itu mengeluarkan
air susu. Satu demi satu para sahabat dipersilahkan meminumnya, termasuk
pemilik kambing itu sendiri. Setelah semua kebagian, maka giliran terakhir,
nabi meminumnya.
Dalam suasana kepepet, merasa haus, nabi tidak mengajak
para sahabat untuk berebut. Nabi mengerjakan sendiri, memeras susu kemudian
membagikannya. Ketika membagi, sebagai pemimpin, nabi tidak mengambil terlebih
dahulu, sebaliknya justru yang terakhir. Umpama cara-cara seperti ini juga
dilakukan para pejabat dan pemimpin bangsa ini, yaitu mendahulukan orang lain
daripada dirinya sendiri, maka kehidupan ini akan menjadi damai. Mereka tidak
perlu harus berebut, sebab semua telah memikirkan kebutuhan orang lain.
Wallahu'alam.
Kepribadian Rasulullah juga tergambar dalam firman Allah
SWT dalam surat Ali Imran 159
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِنَ اللهِ لِنْتَ لَهُمْ ، وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيْظَ
الْقَلْبِ لاَنْفَضُّوْا مِنْ حَوْلِكَ ، فَاعْفُ
عَنْهَمْ .وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِى الاَمْرِ ، فَإِذَا عَزَمْتَ
فَتَوَكَّلْ عَلَى اللهِ ؛ إِنَّ اللهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِيْنَ .
"Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku
lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar,
tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma'afkanlah
mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam
urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah
kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal
kepada-Nya".
0 comments:
Post a Comment