Akhir-akhir ini ada rutinitas yang tak pernah dia lewatkan ketika senja menjelang. Selepas ashar ia bergegas memburu matahari menelusuri jalan setapak menuju Mahakam. Ada saja jawabannya ketika sang ibu bertanya,
“Mau kemana di?
Mahakam,
jawabnya singkat.
Loh, ada apa
toh?
Lihat pesut1 bu!
Ibunya sudah
maklum dengan sifat dingin anaknya. Sejak kelas 3 SMP jarang sekali ia terlihat
berbincang dengan orang rumah. Waktunya dihabiskan di dalam kamar seorang diri.
Memang prestasinya melejit, namun Rudi periang seakan akan sudah hilang seiring
perkembangan fisiknya. Saat ini dia sudah menginjak tahun ke 3 masa
perkuliahannya. janggutnya agak lebat, tanda aktivis kampus.
Hanya sekitar
15 menit untuk sampai ke tepi sungai Mahakam dari rumahnya. Seperti biasa,
dipinggir jembatan besar ia memandang lurus ke depan. Ternyata belum ada,
gumamnya. Beberapa menit berlalu terlihat samar-samar seseorang di seberang
sana. Sama persis berdiri di depan Rudi. Hanya sungai selebar 560 meter yang
memisahkan raga keduanya.
Masing-masing
terdiam, hanya matanya yang asik melihat pemandangan Pulau Kumala2. Beberapa menit berselang, seekor pesut kecil muncul tepat dibawah Rudi.
Rudi hanya tersenyum melihat ikan tersebut meloncat-loncat. pesut memang pintar seakan akan tau isi
hati Rudi. Setelah beberapa kali mengangguk angguk pesut itu hilang, pandangan Rudi pun kembali pada sosok jauh di
depan matanya.
Seorang
perempuan berperawakan tinggi bermuka sedikit melayu sedang berdiri berhadapan
dengan Rudi. Hanya lebar Mahakam yang memisahkan mereka. Jilbab panjangnya
berdesiran terkena angin senja. Pesut
kecil muncul tepat di bawahnya. Pesut
yang sama dengan yang Rudi lihat sebelumnya. Ikan tersebut meloncat-loncat,
kemudian mengangguk angguk dan hilang bersamaan dengan gemericik air.
Sedikit agak
lama menunggu, akhirnya pesut
tersebut muncul kembali di hadapan Rudi. Lama ia memandang Rudi. Rudi
tersenyum, pesut itu meloncat-loncat
dan hilang bersamaan dengan gemericik air.
Akhirnya Rudi
pulang dibarengi dengan senyum lebarnya. Hatinya kegirangan. Perempuan melayu
itupun sudah pergi semakin menjauh dengan Rudi, meninggalkan suasana Mahakam
yang mulai sepi.
Maghrib
menjemput, Rudi segera menuju surau. Senyumnya terus mengembang, ibunya sampai
heran dengan sikap anak sulungnya tersebut. Maghrib tersebut dilewati dengan
rakaat panjang. Rudi urung pulang. Meneruskan dengan tilawah untuk menunggu
isya tiba.
Isya selesai,
Rudi pulang dengan tergesa. Hanya menyempatkan salam dan mencium tangan ibu,
lantas ia pergi ke kamarnya, mengunci pintu dan menyalakan notebooknya.
langsung sign in Facebook, segera dia tulis status:
“pesut senja Mahakam. Ia sampaikan salam
dan kasih”! tulisnya.
Setelah itu ada
status baru yang hinggap di dinding Rudi, dilihat dari nama facebooknya ia
pasti perempuan. Aisyah Humaira, foto profilnya tidak menampakkan wajahnya.
Hanya jilbab panjangnya yang terlihat membelakangi kamera, foto itu dibuat.
Hatiku secerah
senja kali ini. Pesut kecil
menghampiri dan aku titip salam untuk seseorang disana. Senja yang indah di
atas Mahakam.
Rudi hanya
tersenyum membaca status perempuan itu didinding facebooknya. Tidak merespon
dengan like ataupun comment terhadap status tersebut. Kemudian ia menulis
status keduanya.
Pesut,
datanglah esok hari. Aku hendak menyampaikan salam dan kasih, serta
mengharapkan do’a agar cepat-cepat menggenapkan setengah diennya.
Nantikan ku
dibatas waktu…..!
(bersambung….)
(Bugi Irawan a.k.a Ismael)
0 comments:
Post a Comment