Friday 12 April 2013

Cinta Sepanjang Mahakam (Part 1)



Akhir-akhir ini ada rutinitas yang tak pernah dia lewatkan ketika senja menjelang. Selepas ashar ia bergegas memburu matahari menelusuri jalan setapak menuju Mahakam. Ada saja jawabannya ketika sang ibu bertanya,
“Mau kemana di?
Mahakam, jawabnya singkat.
Loh, ada apa toh?
Lihat pesut1 bu!
Ibunya sudah maklum dengan sifat dingin anaknya. Sejak kelas 3 SMP jarang sekali ia terlihat berbincang dengan orang rumah. Waktunya dihabiskan di dalam kamar seorang diri. Memang prestasinya melejit, namun Rudi periang seakan akan sudah hilang seiring perkembangan fisiknya. Saat ini dia sudah menginjak tahun ke 3 masa perkuliahannya. janggutnya agak lebat, tanda aktivis kampus.
Hanya sekitar 15 menit untuk sampai ke tepi sungai Mahakam dari rumahnya. Seperti biasa, dipinggir jembatan besar ia memandang lurus ke depan. Ternyata belum ada, gumamnya. Beberapa menit berlalu terlihat samar-samar seseorang di seberang sana. Sama persis berdiri di depan Rudi. Hanya sungai selebar 560 meter yang memisahkan raga keduanya.
Masing-masing terdiam, hanya matanya yang asik melihat pemandangan Pulau Kumala2. Beberapa menit berselang, seekor pesut kecil muncul tepat dibawah Rudi. Rudi hanya tersenyum melihat ikan tersebut meloncat-loncat. pesut memang pintar seakan akan tau isi hati Rudi. Setelah beberapa kali mengangguk angguk pesut itu hilang, pandangan Rudi pun kembali pada sosok jauh di depan matanya.
Seorang perempuan berperawakan tinggi bermuka sedikit melayu sedang berdiri berhadapan dengan Rudi. Hanya lebar Mahakam yang memisahkan mereka. Jilbab panjangnya berdesiran terkena angin senja. Pesut kecil muncul tepat di bawahnya. Pesut yang sama dengan yang Rudi lihat sebelumnya. Ikan tersebut meloncat-loncat, kemudian mengangguk angguk dan hilang bersamaan dengan gemericik air.
Sedikit agak lama menunggu, akhirnya pesut tersebut muncul kembali di hadapan Rudi. Lama ia memandang Rudi. Rudi tersenyum, pesut itu meloncat-loncat dan hilang bersamaan dengan gemericik air.
Akhirnya Rudi pulang dibarengi dengan senyum lebarnya. Hatinya kegirangan. Perempuan melayu itupun sudah pergi semakin menjauh dengan Rudi, meninggalkan suasana Mahakam yang mulai sepi.
Maghrib menjemput, Rudi segera menuju surau. Senyumnya terus mengembang, ibunya sampai heran dengan sikap anak sulungnya tersebut. Maghrib tersebut dilewati dengan rakaat panjang. Rudi urung pulang. Meneruskan dengan tilawah untuk menunggu isya tiba.
Isya selesai, Rudi pulang dengan tergesa. Hanya menyempatkan salam dan mencium tangan ibu, lantas ia pergi ke kamarnya, mengunci pintu dan menyalakan notebooknya. langsung sign in Facebook, segera dia tulis status:
pesut senja Mahakam. Ia sampaikan salam dan kasih”! tulisnya.
Setelah itu ada status baru yang hinggap di dinding Rudi, dilihat dari nama facebooknya ia pasti perempuan. Aisyah Humaira, foto profilnya tidak menampakkan wajahnya. Hanya jilbab panjangnya yang terlihat membelakangi kamera, foto itu dibuat.
Hatiku secerah senja kali ini. Pesut kecil menghampiri dan aku titip salam untuk seseorang disana. Senja yang indah di atas Mahakam.
Rudi hanya tersenyum membaca status perempuan itu didinding facebooknya. Tidak merespon dengan like ataupun comment terhadap status tersebut. Kemudian ia menulis status keduanya.
Pesut, datanglah esok hari. Aku hendak menyampaikan salam dan kasih, serta mengharapkan do’a agar cepat-cepat menggenapkan setengah diennya.
Nantikan ku dibatas waktu…..!
(bersambung….)
(Bugi Irawan a.k.a Ismael)

0 comments: