Saturday 13 April 2013

Peternakanku Riwayatmu Kini





Ada anekdot yang berkembang, kanapa usaha penggemukan sapi di Indonesia hasilnya tidak memuaskan, tidak seperti industri penggemukan sapi di negara-negara penghasil daging seperti Australia atau lainnya? Salah satu jawaban singkat yang beredar pula adalah karena pakan sapi bersaing dengan makanan manusia. Bagaimana tidak, kita ambil contoh tempe gembus (tempe bongkrek, menjes, atau apalah nama lainnya) yang dulunya hanya dipakai sebagai bahan pakan sapi sekarang malah menjadi salah satu makanan pelengkap gorengan yang banyak dijual dipinggir jalan.
Sifat malas, usaha sedikit dengan hasil melimpah alias maksimal adalah sudah mendarah daging di masyarakat kita. Kita bisa melihat pada kinerja para pekerja kita di kandang, mengapa mereka kerja secara asal-asalan dan semaunya sendiri. Kalau ada yang punya usaha (bos) seolah-olah rajinnya paling rajin, tapi kalau tidak ada Bos, lomba tidur di pojok kandang. Akan tetapi semua itu bukan semata-mata kesalahan anak kandang 100%, pemilik usaha juga mesti introspeksi mengapa hal tersebut terjadi. Pemilik usaha jangan pernah menganggap para pekerja adalah budak atau buruh tapi anggaplah mereka sebagai mitra kerja kita dengan memperhatikan kesejahteraan mereka juga. Kalau kita telah melakukan itu akan tetapi pekerja memang tipe pemalas maka tidak ada kata lain kecuali merumahkan mereka alias memecatnya.
Nepotisme, kami yakin semua orang sudah paham apa arti dan hakekat nepotisme.  Nepotisme boleh-boleh saja akan tetapi kalau yang kita rekrut sebagai pegawai atau pengelola peternakan kita adalah orang yang pemalas, daya kreatifitas rendah, bisa dibayangkan. Mendahulukan kerabat dalam hal pembagian rezeki memang ditekankan oleh ajaran agama, akan tetapi kalau hal itu nantinya akan menjadi salah satu sebab yang membuat usaha kita tidak berkembang bahkan bangkrut maka perlu dipikirkan ulang.
Manajemen usaha, kalau kita mau mengelola sesutu tentu yang kita pikirkan adalah bagaimana mengatur usaha agar bisa seefisien mungkin.  Suatu usaha tanpa manajemen yang bagus hanya tinggal menunggu waktu bangkrutnya saja. Manajemen usaha memegang peranan penting dan kurang lebih 50% keberhasilan suatu usaha ditentukan oleh faktor bagaimana kita memanagemen usahakita. Kebanyakan dari kita masih memegang prinsip “yang penting jalan dulu” masalah managemen usaha urusan belakangan. Apa yang terjadi kemudian? Usaha tersebut berjalan berjalan apa adanya tanpa proses perencanaan, pelaksanaan rencana, control usaha dan evaluasi usaha, bisa dibayangkan selanjutnya.
Jalur pemasaran, semakin pendek jalur pemasaran maka keuntungan kita akan semakin besar.  Memangkas jalur pemasaran akan menguntungkan semua pihak. Konsumen akan mampu menikmati produk kita dengan harga yang murah dan kita sudah mendapatkan keuntungan yang cukup. Mengapa produk peternakan kita masih mahal? Mengapa produk peternakan negara lain yang ada di negara kita harganya bisa lebih murah dari produk lokal? Salah satu jawabnya adalah panjangnya jalur pemasaran di pasar kita dan masih besarnya biaya produksi.
Penerapan ilmu dan teknologi, peternak di luar negeri rata-rata termasuk masyarakat yang gampang menerima dan mengadopsi ilmu pengetahuan dan teknologi baru. Mereka sadar teknologi akan membawa perubahan baru meskipun tidak secara langsung. Mereka sadar laju pertumbuhan dan perkembangan ternak tidak sebanding dengan tingkat kebutuhan manusia akan bahan pakan asal ternak. Oleh karenanya mereka yakin ilmu pengetahuan dan teknologi baru yang ditemukan akan membawa perubahan hasil.
Peran dinas atau instansi terkait, Ilmu pengetahuan seperti cara beternak yang benar tidak akan sampai kepada masyarakat lapisan bawah kalau tidak ada peran lembaga atau dinas terkait. Oleh karenanya tidak akan berguna sama sekali ilmu pengetahuan dan teknologi kalau peran dari dinas kurang berfungsi . Masyarakat dapat menerima ilptek baru bisa melalui bimbingan dari dinas terkait atau belajar secara sendiri. Sebagai contoh orang yang belajar kawin suntik pada unggas dia berhasil mengawinsilangkan itik dengan entok dan hasilnya bisa kita lihat sekarang. Banyak orang yang memburu tiktok akan tetapi produk tidak ada. Kalau hal ini kita sosialisaikan maka akan banyak orang bisa mengambil manfaat dari hal tersebut
Mungkin itu adalah sekilas sebagian gambaran atau potret peternakan yang ada disekitar kita. Maka apakah yang menghalangi kita untuk berubah kepada yang lebih baik? Apakah yang menghalangi kita untuk mencoba cara beternak model baru yang lebih modern? Apakah yang menghalangi kita untuk menerapkan teknologi yang berkembang untuk kemajuan peternakan Indonesia? Ayo

0 comments: