Ada
anekdot yang berkembang, kanapa usaha penggemukan sapi di Indonesia hasilnya
tidak memuaskan, tidak seperti industri penggemukan sapi di negara-negara
penghasil daging seperti Australia atau lainnya? Salah satu jawaban singkat
yang beredar pula adalah karena pakan sapi bersaing dengan makanan manusia.
Bagaimana tidak, kita ambil contoh tempe gembus (tempe bongkrek, menjes, atau
apalah nama lainnya) yang dulunya hanya dipakai sebagai bahan pakan sapi
sekarang malah menjadi salah satu makanan pelengkap gorengan yang banyak dijual
dipinggir jalan.
Sifat
malas, usaha sedikit dengan hasil melimpah alias maksimal adalah sudah mendarah
daging di masyarakat kita. Kita bisa melihat pada kinerja para pekerja kita di
kandang, mengapa mereka kerja secara asal-asalan dan semaunya sendiri. Kalau
ada yang punya usaha (bos) seolah-olah rajinnya paling rajin, tapi kalau tidak
ada Bos, lomba tidur di pojok kandang. Akan tetapi semua itu bukan semata-mata
kesalahan anak kandang 100%, pemilik usaha juga mesti introspeksi mengapa hal
tersebut terjadi. Pemilik usaha jangan pernah menganggap para pekerja adalah
budak atau buruh tapi anggaplah mereka sebagai mitra kerja kita dengan
memperhatikan kesejahteraan mereka juga. Kalau kita telah melakukan itu akan
tetapi pekerja memang tipe pemalas maka tidak ada kata lain kecuali merumahkan
mereka alias memecatnya.
Nepotisme,
kami yakin semua orang sudah paham apa arti dan hakekat nepotisme. Nepotisme boleh-boleh saja akan tetapi kalau
yang kita rekrut sebagai pegawai atau pengelola peternakan kita adalah orang
yang pemalas, daya kreatifitas rendah, bisa dibayangkan. Mendahulukan kerabat
dalam hal pembagian rezeki memang ditekankan oleh ajaran agama, akan tetapi
kalau hal itu nantinya akan menjadi salah satu sebab yang membuat usaha kita
tidak berkembang bahkan bangkrut maka perlu dipikirkan ulang.
Manajemen
usaha, kalau kita mau mengelola sesutu tentu yang kita pikirkan adalah
bagaimana mengatur usaha agar bisa seefisien mungkin. Suatu usaha tanpa manajemen yang bagus hanya
tinggal menunggu waktu bangkrutnya saja. Manajemen usaha memegang peranan
penting dan kurang lebih 50% keberhasilan suatu usaha ditentukan oleh faktor
bagaimana kita memanagemen usahakita. Kebanyakan dari kita masih memegang prinsip
“yang penting jalan dulu” masalah managemen usaha urusan belakangan. Apa yang
terjadi kemudian? Usaha tersebut berjalan berjalan apa adanya tanpa proses
perencanaan, pelaksanaan rencana, control usaha dan evaluasi usaha, bisa
dibayangkan selanjutnya.
Jalur
pemasaran, semakin pendek jalur pemasaran maka keuntungan kita akan semakin
besar. Memangkas jalur pemasaran akan
menguntungkan semua pihak. Konsumen akan mampu menikmati produk kita dengan
harga yang murah dan kita sudah mendapatkan keuntungan yang cukup. Mengapa
produk peternakan kita masih mahal? Mengapa produk peternakan negara lain yang
ada di negara kita harganya bisa lebih murah dari produk lokal? Salah satu
jawabnya adalah panjangnya jalur pemasaran di pasar kita dan masih besarnya
biaya produksi.
Penerapan
ilmu dan teknologi, peternak di luar negeri rata-rata termasuk masyarakat yang
gampang menerima dan mengadopsi ilmu pengetahuan dan teknologi baru. Mereka
sadar teknologi akan membawa perubahan baru meskipun tidak secara langsung.
Mereka sadar laju pertumbuhan dan perkembangan ternak tidak sebanding dengan
tingkat kebutuhan manusia akan bahan pakan asal ternak. Oleh karenanya mereka
yakin ilmu pengetahuan dan teknologi baru yang ditemukan akan membawa perubahan
hasil.
Peran
dinas atau instansi terkait, Ilmu pengetahuan seperti cara beternak yang benar
tidak akan sampai kepada masyarakat lapisan bawah kalau tidak ada peran lembaga
atau dinas terkait. Oleh karenanya tidak akan berguna sama sekali ilmu
pengetahuan dan teknologi kalau peran dari dinas kurang berfungsi . Masyarakat dapat
menerima ilptek baru bisa melalui bimbingan dari dinas terkait atau belajar
secara sendiri. Sebagai contoh orang yang belajar kawin suntik pada unggas dia
berhasil mengawinsilangkan itik dengan entok dan hasilnya bisa kita lihat
sekarang. Banyak orang yang memburu tiktok akan tetapi produk tidak ada. Kalau
hal ini kita sosialisaikan maka akan banyak orang bisa mengambil manfaat dari
hal tersebut
Mungkin
itu adalah sekilas sebagian gambaran atau potret peternakan yang ada disekitar
kita. Maka apakah yang menghalangi kita untuk berubah kepada yang lebih baik?
Apakah yang menghalangi kita untuk mencoba cara beternak model baru yang lebih
modern? Apakah yang menghalangi kita untuk menerapkan teknologi yang berkembang
untuk kemajuan peternakan Indonesia? Ayo
0 comments:
Post a Comment