Friday 12 April 2013

Kepemimpinan Rasulullah


Bismillahirrahmanirrahim..
Mengenai apa sih itu pemimpin dan bagaimana seharus nya pemimpin itu ? tidak salah jika kita melihat perilaku-perilaku dari diri seorang Rasul, nabi Muhammad SAW. Itu karena memang beliau adalah suatu panutan yang mesti di contoh oleh kita, jika kita memang mengaku sebagai umatnya. Kita tahu, bahwa didalam diri Rasulullah itu terdapat suri teladan baik. Serta, beliau adalah pemimpin yang sangat sukses. Bagaimana tidak? Beliau telah mengubah masyarakat jahiliyah menjadi masyarakat yang hidup secara damai, aman, dan sejahtera. Tetapi kesemuanya itu bukan perkara yang mudah. Menjadi pemimpin adalah tanggung jawab yang sangat besar ,khususnya untuk seorang laki-laki. Nah maka dari itu, kita mesti tahu bagaimana cara memimpin nya seorang baginda Rasulullah dan sudahkah kita menerapkannya didalam kehidupan? Langsung saja kita kaji lebih dalam yaa.. check check check ^^

Kita mulai dari perjuangan nabi yang dibagi menjadi dua fase, yaitu fase di Makkah dan kemudian dilanjutkan di Madinah. Setelah kurang lebih 13 tahun di Makkah dan dihitung hasilnya kurang maksimal, maka nabi mengambil kebijakan strategis, yaitu hijrah ke Madinah. Tetapi sobat, perpindahan itu bukan pekerjaan mudah. Apalagi antara Makkah dan Madinah cukup jauh jaraknya. Tentu kepindahan itu sangat berat sekali, tatkala belum ada kendaraan seperti sekarang ini.

Tetapi, yang namanya pemimpin harus berani mengambil keputusan, apapun beratnya. Dalam perjuangan, tatkala di suatu tempat sudah tidak mendapatkan hasil maksimal, dihitung-hitung tantangan menjadi semakin berat, Rasulullah saw memelopori untuk berpindah, meninggalkan tanah kelahirannya, Makkah. Nabi melawan naluri kemanusiaan, sekalipun tempat kelahirannya, dan begitu pula Ka'bah, Arafah dan Mina sebagai pusat kegiatan ritual berada di sekitar Makkah, beliau hijrah ke Madinah.

Memperhatikan peristiwa hijrah dan dikaitkan dengan persoalan terkini di ibu kota, tatkala penduduk Jakarta sudah sedemikian padat, sehari-hari macet, dan banjir, belum lagi polusi dan lain-lain, mestinya para pemimpin negara ini berani mengambil keputusan, sebagaimana dilakukan Rasulullah saw. Memindahkan ibu kota memang sulit dan beresiko. Tapi resiko dan kesulitan berpindah itu juga telah dialami oleh sang pemimpin 14 abad yang lalu. Ketika sehari-hari, merasa sedemikian beratnya hidup di Jakarta, para pemimpin bangsa ini segera mengambil keputusan, pindah.

Semakin cepat semakin baik. Kelambatan dalam mengambil keputusan akan berakibat biaya dan resiko semakin mahal dan berat. Banyak orang berspekulasi, masing-masing akan berusaha untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya. Selain tauladan tentang keberanian menanggung resiko, dari proses berhijrah saja, tidak sedikit nilai-nilai yang seharusnya diambil para pemimpin dan pejabat. Ada juga kisah menarik di dalam perjalanan Nabi saw bersama sahabat dari Makkah ke Madinah.

Tatkala mengalami kehabisan bekal: beberapa sahabat kehausan serius, sementara di kanan kiri jalan tidak terdapat air. Kebetulan tidak jauh dari tempat yang dilewati itu, menurut suatu kisah, terdapat rumah penduduk yang juga tidak memiliki air, tapi punya kambing betina kurus yang tidak mungkin bisa diperas susunya. Apa boleh buat, nabi meminta izin pemiliknya untuk memeras susu kambing tua dan kurus itu, sekiranya bisa digunakan untuk menghilangkan rasa haus bagi semua yang ikut dalam rombongan perjalanan itu.

Dikisahkan, semula pemilik kambing menolak dengan alasan tidak mungkin kambing seperti itu mengeluarkan air susu. Setelah berdialog, pemilik kambing mengijinkan. Tak diduga, kambing tua dan kurus itu mengeluarkan air susu. Satu demi satu para sahabat dipersilahkan meminumnya, termasuk pemilik kambing itu sendiri. Setelah semua kebagian, maka giliran terakhir, nabi meminumnya.

Dalam suasana kepepet, merasa haus, nabi tidak mengajak para sahabat untuk berebut. Nabi mengerjakan sendiri, memeras susu kemudian membagikannya. Ketika membagi, sebagai pemimpin, nabi tidak mengambil terlebih dahulu, sebaliknya justru yang terakhir. Umpama cara-cara seperti ini juga dilakukan para pejabat dan pemimpin bangsa ini, yaitu mendahulukan orang lain daripada dirinya sendiri, maka kehidupan ini akan menjadi damai. Mereka tidak perlu harus berebut, sebab semua telah memikirkan kebutuhan orang lain. Wallahu'alam.

Kepribadian Rasulullah juga tergambar dalam firman Allah SWT dalam surat Ali Imran 159
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِنَ اللهِ  لِنْتَ لَهُمْ ، وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيْظَ الْقَلْبِ لاَنْفَضُّوْا مِنْ حَوْلِكَ ، فَاعْفُ  عَنْهَمْ .وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِى الاَمْرِ ، فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللهِ ؛ إِنَّ اللهَ  يُحِبُّ  الْمُتَوَكِّلِيْنَ .
"Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya".

0 comments: